Peran Ibu dalam Mengokohkan Ketahanan Keluarga
Di dalam hadits riwayah Bukhari, dinyatakan bahwa Nabi Saw pernah bersabda, “Wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan ia akan ditanyai tentang perannya sebagai pemimpin”. Di rumah suaminya, ia adalah istri bagi suami dan ibu bagi anak-anaknya, selain itu bila ada khadimah, ia harus pandai mengarahkan dan bekerja sama sehingga rumah menjadi surga bagi penghuninya.
Banyak gelar yang diberikan kepada ibu, Al Umm robatu al bait = ibu adalah manajer, pengatur rumah, semetara kata pakar pendidikan “Al Umm madrasatul ula = ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya”. Menurut ahli bahasa “Umm = ibu, tempat kembali, yang terpenting”, dalam pengertian yang terkanduang dalam kata umm (ibu), manusia merasakan bahwa sejak kecil sampai dewasa, ibu adalah tempat kembali bila anak mendapat masalah atau kegembiraan. Ibu pula yang memegang peranan penting dalam membina pribadi anak, walaupun sebetulnya anak lahir dengan potensi untuk menjadi baik (fitrah). Ali bin Abi Thalib, mengatakan, “Bila anak kurang terpenuhi kebutuhan fisiknya tanyakan kepada bapaknya dan bila anak kurang adabnya tanyakan kepada ibunya.”
Mewawas ke masa depan, ahli hikmah mengatakan, “Sesungguhnya di tangan pemudalah hari depan bangsa, karena anak muda masa kini adalah pemimpin di masa depan”. Ibu adalah The Planner of The Future, Ibu yang menyadari proses kehidupan, tatkala mempunyai anak ia akan menyadari bahwa anak adalah aset keluarga dan aset umat. Ada proses penumbuhkembangan yang harus ditempuh, karena merujuk kepada QS. 16:78, anak harus dididik agar menjadi manusia yang dapat memanfaatkan dan meningkatkan daya guna dan hasil guna anugerah Allah kepada manusia.
Sebagai Robatul Bait, ibu menyadari bahwa menumbuhkembangkan anak harus didukung oleh lingkungan yang kondusif, yaitu keluarga yang memiliki ketahanan ruhiyah, emosi, silaturahim, fisik, ekonomi dan sosial, yang kesemuanya terkemas dalam ajaran Islam yang tersurat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
Ibu yang memegang peran sebagai Robatul Bait dituntut untuk memiliki ketahanan ruhiyah, yaitu memiliki iman yang istiqomah dan ketaqwaan. Hal ini akan melahirkan kesabaran, keikhlasan dan kesanggupan untuk berkorban bagi keluarga, seperti korban perasaan, pikiran, tenaga dan materi. Di samping memiliki ketahanan ruhiyah, ibu harus memiliki kuantitas dan kualitas ilmu, sehingga memiliki kearifan dan kebijkasanaan dalam melaksanakan perannya. Melalui ilmu, ibu akan tahu fenomena zaman, sehingga tahu bagaimana membentengi keluarga dan pada saat tertentu mungkin harus siap untuk turut berkiprah dalam sektor lain untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.
Syarat yang harus dimiliki ibu dalam perannya:
1. Istiqomah dalam keimanan dan ketaqwaan
2. Memelihara kesinambungan hubungna dengan Allah melalui ibadah ritual
3. Memiliki akhlaqul karimah
4. Selalu mencari ilmu dan beramal
5. Memiliki emosi yang stabil
6. Memiliki kesadaran sosial
7. Visioner
8. Simpati dan empati
Dalam mengokohkan ketahanan keluarga, berangkat dari keikhlasan, kesabaran dan keluasan ilmu, ibu harus siap memberikan keteladanan, membimbing, memotivasi, mensupport terhadap kebaikan danbersama-sama memecahkan masalah keluarga dengan upaya dan doa.
Peran ibu dalam mengokohkan ketahanan keluarga adalah tugas yang berat, namun karena Allah menciptakan perempuan sebagai ibu untuk memelihara kehidupan, ketahanan untuk memelihara kehidupan sudah built in dalam diri ibu.
Hanya apakah para ibu menyadari potensinya atau tidak. Tatkala ibu bisa memerankan tugasnya dengan baik, sehingga terbina keluarga yang berkualitas secara utuh dan menyeluruh, Allah telahmenjanjikan imbalan-Nya (QS. 13-22, 23). Wallahu a’lam.
Oleh : Hj. Lenny Oemar, Dra. M.Pd.I
Dalam Seminar Memaknai Hari Ibu “Peran Serta Ibu dalam Membangun Jawa Barat
Sumber : Fatma1203
0 komentar