Mhfud MD: Allah Begitu Toleran
SUNGGUH memprihatinkan. Tindakan anarkis yang mengatasnamakan dakwah Islam, bahkan mengatasnamakan Allah masih saja terjadi. Masih ada gerombolan-gerombolan orang yang meneriakkan takbir“Allahu Akbar” dengan garang melakukan sweeping, mengambil alih fungsi resmi aparat keamanan dan penegak hukum, melakukan kekerasan terhadap orang yang beda keyakinan agama atau orang yang dianggap melanggar aturan agama. Intensitas kelakuan yang seperti itu meningkat dan menjadi agak massif, biasanya, pada bulan Ramadan.
Teriakan takbir, Allahu Akbar, yang sejatinya bisa menyejukkan dan menggetarkan hati sehingga manusia menjadi bersujud takluk di bawah keagunga-Nya, menjadi teriakan yang menakutkan dan mengerikan. Apalagi diucapkan sambil berlari-lari mengacungkan golok atau pedang dengan beringas dan suara kasar. Subhanallah. Kebesaran Allah dengan segala kelembutan dan sifat rahman dan rahimnya menjadi ternodai. Seakan-akan Allah itu suka kekerasan dan memerintahkan umatnya berbuat kasar untuk mengajak orang ke jalan Allah. Naudzu billahi mindzaalik.
Padahal saat memerintahkan umat Islam melakukan dakwah amar makruf nahi munkar, Allah sendiri melarang kita melakukan pemaksaan-pemaksaan. Allah memerintahkan kita melakukannya terutama dengan hikmah, lembut, santun, dan berempati terhadap problem orang-orang yang akan diseru ke jalan Allah. Nabi Muhammad Rasulullah sendiri dilarang memaksa-maksa orang untuk masuk Islam. “Wamaa anta bimushaythir, Engkau bukanlah orang yang boleh memaksa”, demikian penegasan Allah kepada Nabi Muhammad. Nabi Muhammad dan kita hanya diperintahkan untuk menyerukan kebenaran dan jalan lurus tanpa boleh memaksa, apalagi menggunakan kekerasan. Allah menegaskan, “Waman syaa’a falyu’min, waman syaa’a falyakfur, Yang mau beriman silakan, yang mau kufur (menolak) silakan”. Diriwayatkan, ketika Nabi memimpin Negara Madinah timbul kekhawatiran di kalangan orang-orang Yahudi dan Nashrani, mereka khawatir, jangan-jangan dipaksa masuk Islam. Maka Nabi meminta istrinya menyampaikan kepada mereka. “Wahai Aisyah sampaikan pada mereka bahwa saya tidak diutus untuk meng-Islamkan orang Yahudi maupun Nasrani, sesungguhnya saya diutus untuk membawa agama yang lurus dan toleran (al-hanifiyyah as-samhah).
Begitu tolerannya Allah sehingga kita lihat di dalam kita suci Alquran, adakalanya, Allah menggunakan kata “rabbakum” tuhanmu) jika berbicara kepada manusia, tetapi menggunakan Allah ketika berbicara kepada orang yang sudah beriman. Kalau kepada kita yang sudah beriman Allah berfirman, Yaa ayyuhalladziena amanut-taqulLaah (Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah). Tetapi kalau berbicara kepada manusia secara umum Allah berfirman, Yaa ayyuhan naasut taquu rabbakum (Hai sekalian manusia, bertaqwalah pada Tuhanmu).Ya, begitu tolerannya Allah. Masak, kita sebagai hambaNya mau memaksa-maksa orang tanpa mau bersikap toleran atas perbedaan? (Prof Dr M Mahfud MD, mantan Ketua MK RI)Sebagaimana dimuat di rubrik Hikmah Ramadan SKH Kedaulatan Rakyat edisi Senin 22 Juli 2013)
0 komentar