GAYA KEPEMIMPINAN PRABU SILIWAGI



GAYA KEPEMIMPINAN
PRABU SILIWAGI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas, Mata Kuliah Budaya Sunda,
Semester Genap, Tahun Akademik 2009 / 2010
Dosen Pembimbing : Moch. Miftah, Drs.,M.H
Oleh: Rudi Pradisetia Sudirdja
NPM : 091000299
Kelas : E


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PASUNDAN
JALAN LENGKONG BESAR NO 68 BANDUNG
Telp. (022) 4205945, 4262226
www.hukum.unpas.ac.id
2010 / 1431


Kata Pengantar
Asalamualaikum Wr.wb
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang tiada hentinya memberikan petunjuk, rahmat dan karunia-Nya. Tak lupa Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah saw, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Dengan segala rasa syukur yang tinggi penyusun berhasil menyelesaikan tugas yang diberikan dosen mata kuliah Budaya Sunda Fakultas Hukum Universitas Pasundan yaitu "Membuat Resume Tentang Gaya Kepemimpinan Prabu Siliwangi.
Adapun tujuan dari ringkasan ini adalah selain untuk memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa juga sebagai penambah wawasan, agar kita mengetahui gaya kepemimpinan Prabu Siliwabgi sebagai sauri tauladan orang Sunda.
Penyusun menyusun ringkasan ini dengan baik, baik dari isi maupun maupun dari kualitas . Namun penyusun menerima saran dan kritikan konstruktif dari pembaca dengan senang hati.
Akhir kata, semoga ringkasan ini bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan pembaca semua pada umumnya dan juga agar mengetahui gaya kepemimpinan Prabu Siliwabgi sebagai sauri tauladan orang Sunda, karena sebagai mahasiswa yang melaksanakan studi di Universitas Pasundan sudah seyogyanya kita mengetahui gaya kepemimpinan Prabu Siliwangi sebagai sauri tauladan orang Sunda. Ditambah saya pribadi merupakan orang yang dilahirkan ditatar bumi pasundan.
Wabillihi taufik walhidayah wassalammu'alaikum Wr.Wb
Bandung, Mei 2010

Penyusun
DAFTAR ISI


Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

  1. PARIGEUING...............................................................................................3
  2. DASA PASANTA......................................................................................7
  3. PANGIMBUHNING TWAH......................................................................8
  4. OPAT PAHARAMAN.............................................................................11
  5. CATUR BUTA...........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................iv


GAYA KEPEMIMPINAN PRABU SILIWAGI

Bila setiap kaum memiliki pemimpin, berarti tak pelak orang sunda pun memiliki pemimpin. Seseorang disebut sebagai pemimpin tentulah harus mempunyai konsep (idea, pemikiran), norma (aturan), dan tampak aktualisasinya (prilaku) kepemimpinannya
Intisari kepemimpinan adalah kualitas tingkah laku dan kemampuan individu dalam berinteraksi sosial untuk mencapai suatu tujuan yang disepakati bersama.
Pada dasarnya gaya kepemimpinan bisa berorientasi pada hubungan yang harus dibina dengan kelompoknya (concert for people) dan berorientasi kepada hasil yang ingin dicapainya (concert for production).
Lalu untuk Ki Sunda sebagai suatu bangsa, siapakah gerangan tokoh pemimpinnya ? apa pula penanda kepemimpinannya ? apakah pola kepemimpinannnya masih terbatas pada tataran idea ? adakah penada normatifnya ? pernahkah ada bukti aktual aplikatifnya ?
Panutan batiniah Urang Sunda itu adalah PRABU SILIWANGI yang namanya pekat bernuansa mitos. Nama lainya adalah Jayadewa, Prabu Guru Dewataprana, Sri Sang Ratu Dewata, Keukeumbingan Raja Sunu, Manah Rasa dikenal dengan julukan SRIBADUGA MAHARAJA memerintah kerajaan Pajajaraan 1481-1521 M. Setelah wafat disebut dengan nama Prabu Ratu.
Rasa hormat dan bangga kepada sang tokoh ini terpancar pula dari kalangan akademis dan intelektual, yaitu dengan penggunaan nama Universitas Siliwangi, Kodam III Siliwangi. Kharisma Prabu Siliwangis sampai saat ini masih sangat dihormati dan dimuliakan oleh orang Sunda.
NASKAH SUNDA KUNA "SANGHIYANG SIKSA KANDA'ANG KARESIAN"
Naskah SSKK ditulis dengan menggunakan aksara Sunda Kuna diatas 7 lembar daun lontar. Bertitimangsa tahun 1518 M tanpa diketahui siapa penulisnya.
Dalam naskah SSKK tertulis informasi mengenai paradigma kepemimpina yang disebut dengan PARIGEUING. PARIGEUING disebut sebagai Kepemimpinan Gaya Prabu Siliwangi atau Leadership Prabu Siliwangi.
Menurut pengamatan para akhli strategi ada empat macam penampilan pemimpin, yaitu yang berkarakter :
  • Perintis. Biasanya sebagai penggerak pemula dengan konsep ideanya yang orisinil serta mampu meyakinkan komunitasnya akan kebenaran tujuan yang ingin dicapainya.
  • Penyelaras. Seorang pemimpin yang mampu menyelaraskan kelompok komunitasnya. Lebih bersifat manajeril. Mengarahkan komunitasnya kepada pencapaian Visi dan Misi yang hendak diwujudkannya.
  • Pemberdaya. Pemeimpin yang berkarakter sebagai pendorong semangan juang, memotivasi etos kerja. Mampu memanfaatkan dan mengoperasionalkan seluruh perangkat yang dipunyai komunitasnya.
  • Panutan. Pemimpin yang berkarakter menjadi sari tauladan komunitannya. Keteladanannya mencakup aspek lahir batin serta prilaku keseharian.
Masyarakat Sunda pada umumnya lebih cenderung mengangkat pemimpin dengan karakter panutan, yaitu kecenderungan berpola paternalistik, meskipun begitu karakter lain tetap dipertimbangkan.
Kepemimpinan Prabu Siliwangi yang terinformasi dalam Parigeung, Dasa Pasanta dan Pangimbuhning Twah
  1. PARIGEUING
Parigeung adalah cara memerintah dan menyuruh dengan bahsa yang ssantun sehingga tidak menimbulkan ketidak-senangan bagi yang diperintahnya.
Dengan demikian secara tersirat dalam Parigeuing diyaratkan bahwa seorang pemimpin harus piawai berkomunikasi.Mampu berkomunikasi dengan para komunikan secara baik, santun benar sesuai dengan yang sekarang disebut Hak Asasi Manusia (HAM) dan Kewajiban Asasi Manusia (KAM) yang melkat pada orang yang dipimpinnnya. Jadi seorang pemimpin seyogyanyalah harus terampil dan mampu memanfaatkan aspek bahasa sebagai alat komunikasi, baik dalam atataran retorika, kognitif, affektif, phatik, persuasif dsb.
KEPEMIMPINAN MENURUT SSKK
Kepemimpinan akan berkaitan dengan :
  • Tugas dan fungsi pemimpin
  • Kemampuan pemimpin dala memenej; dan
  • Karakter pemimpin
TUGAS PEMIMPIN adalah NGERTAKEUN BUMI LAMBA yaitu Mensejahterakan Semesta Dunia Kehidupan
Jadi tugas pemimpin adalah mewujudkan lingkungan hidup dan kehidupan yang sejahtera, bermartabat dan penuh dengan rahmat. Menurut idiomatik Islam disebur Rahkmatan lil 'Alamin
FUNGSI PEMIMPIN. Dalam SSKK disebut pula ada beberapa kelompok pemimpin berdasarkan fungsi kedudukannya, disebut dengan istilah TRI TANGTU DIBUANA bisa diartiakan sebagai Tiga ketentuan (yang menentukan) di dunia. Tiga fungsi yang menentukan kesejahteraan kehidupan didunia itu masing-masing berada dalam tanggungjawab :
  • SANG RAMA. Kelauarga sebagai unsur terkecil dalam struktur masyarakat sangat menentukan untuk terwujudnya kesejahteraan bangsa. GURAT LEMAH (gurat = garis, lemah = tanah), teguh dalam mempertahankan fungsi tanah dan memanfaatkannya untuk kesejahteraan masyarakat. Dengan kata lain fungsi Sang rama adalah mewujudkan keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah.
  • SANG RESI. Dimaknai sebagai orang yang berilmu, cedikiawan, ulama, para pendidikan dan pengajar dan orang-orang yang mampu mencerdaskan bangsa. Sang Resi harus mempunyai karakter seibarat GURAT CAI (cai = air; garis air), mengandung makna bahwa para cendikiawanlah yang harus mendorong daya hidup untuk tumbuh-kembangnya kualitas suber daya manusia agar bermanfaat. Tugas Sang resi untuk menuntun dan mengarahkan perjalanan masyarakat ke arah yang lebih baik sejahtera lahir bathin, agar luhung elmuna, jembar budayana, pengkuh agamana dan rancage gawena
  • SANG PRABU. Pemimpin formal, birokrat, pemerintah, para pengambil kebijakan , serta seluruh unsur Trias Politica. Siapa pun orangnya yang tengah berfungsi sebagai Sang Prabu harus berfilosofi GURAT BATU (garis batu), yaitu taat dan patuh dalam menjalankan hukum. Bila dilaksanakan secara konsisten, maka komunitas yang dipimpinnya akan selalu berjalan dalam koridor yang benar dan terarah.
Bagi seorang pemimpin ada empat tatanan hukum yang harus dipegang teguh dalam membuat kebijakan atau pun dalam berprilaku. Azas taat hukum itu ialah :
  • Hukum agama/ religi : sesuai dengan agama yang dianutnya
  • Hukum nurani : berdasarkan kata hati kemanusiaan
  • Hukum adat : yang menjadikan hukum normatif masyarakat etnisnya
  • Hukum positif : sesuai dengan hukum yang diberlakukan negara
KEMAMPUAN PEMIMPIN DALAM MEMENEJ
Seorang pemimpin harus mampu menujukan kepiawaiannya dalam memenej orang yang dipimpinnya. Pada awalnya pemimpin akan memulai dengan keterlibatannya secara total-holistik dalam mempengaruhi, mengarahkan dan mengkordinasikan orang-orang disekelilinnya; sehingga pada akhirnya sang pemimpin mampu mendelegasikan wewenang pada bawahannya.
Seorang pemimpin harus mempunyai dua kemampuan utama, yaitu sebagai LEADER (yang menentukan arah dan tujuan visi/misi organisasi) dan sebagai ahli MANAJEMEN.
  • LEADER / Pemimpin
    Kepemimpinan lebih memfokuskan, untuk terjalinnya hubungan antar manusia / anngota yang dipimpinnya; fokus untamanya adalah tercapainya VISI organisasi.
  • MANAJEMEN
    Lebih menitikberatkan pada HASIL YANG HARUS DICAPAI pada saat tertentu, mampu mengidentifikasikan masalah yang ada, mencari slusi dan berpegang teguh pada hukum / aturan organisasinya.
Disalam naskah Sunda SSKK disebutkan bahwa seorang pemimpin harus mempunyai keahlian yang mendasarkan dalam menata / memenej. Untuk itu pemimpin harus melaksanakan azas DASA PASANTA.
  1. DASA PASANTA
Dasa Pasanta artinya "sepuluh penerang", yaitu cara memberi perintah yang baik agar orang yang diperintah bisa melaksanakan tugannya dengan optimal.
  1. Guna = perintah itu dipahami manfaatnya atau kegunaannya, sehingga tidak terjadi salah pengertian.
  2. Ramah = ramah, bijak bestari. Keramahan akan membungbung rasa nyaman dalam bekerja. Iklim yang mengesankan keramah-tamahan akan menjadi habitat yang sangat kondusif
  3. Ho'ok / Ho'okeun = kagum. Perintah itu diangga sebagai representasi kekaguman pemimpin atas orang yang diperintahnnya.
  4. Pesok = reueus, bangga. Perintah disampaikan dengan cara yang menimbulkan kebanggaan bagi yang diperintahnya, hal ini akan memotivasi kepercyaan dirinya.
  5. Asih = kasih sayang. Perintah dilandasi perasaan kemanusian yang penuh dengan getaran kasih.
  6. Karunia = karunia, belas kasih. Perintah harus terasa sebagai suatu karunia atau kepercayaan pemimpin kepada yang dipimpinnya
  7. Mukpruk = menentramkan hati. Pemimpin seyogyanya mmampu menentramkan hati yang dipimpinnya dengan menumbuhkan semangat kerjanya.
  8. Ngulas = mengulas, mengoreksi atau pun memberi pujian. Cara mengulsas bisa berbagai macam, yang penting ada respon atas pekerjaan mereka.
  9. Nyecep = memberi perhatian berupa moril maupun materil. Mungkin hanya ucapan terimakasih atau pemberiaan alakadarnya sebagai penyejuk hati.
Konsep Dasa Pasanta ini mmenggunakan proses komunikasi yang SILIH-ASAH SILIH-ASAH DAN SILIH-ASUH (SILAS, 3 SA) yang mendasari proses kontarak sosialnya.
Kualitas bathiniah seorang pemimpin akan tampak dalam prilaku kesehariannya, dan itu semuanya akan sangat bergantung pada karakter, tabiat atau kepribadian yang melekat pada diri seseorang. Faktor yang dapat menumbuhkan kkarisma itu dalam SSKK disebut dengan istilah PANGIMBUHNING TWAH
  1. PANGIMBUHNING TWAH
Seseorang baru bisa menjadi pemimpin bila pada pribadinya melekat karakter kepemimpinan yang disebut PANGIMBUHNING TWAH (pelengkap untuk mempunyai twah / kharisma/ pamor). Konsep ini lebih cenderung sebagai unsur pemimpin yang berkarakter panutan.
Ada duabelas pangimbung twah yang harus menjadi penanda karakter pemimpin, yaitu :
  1. Emet = tidak konsumtif. Dalam idiom Sunda dikenal dengan "saeutik mahi, loba nyesa; bisa ngeureut neundeuen." Seseorang yang terbiasa untuk tidak konsumtif, akan mampu mengendaikan keserakahannya. Terhidarlah dia dari prilaku korup yang menjijikan itu.
  2. Imeut = teliti, cerdas, disebut sebagai "kudu nastiti taliti tur ati-ati;
    ulah bobo sapanon, carang sapakan, tusuk langkung kepang halang ". Betapa banyaknya waktu terbuang jika seseorang memperbaiki kesalahan keslahan karena ketidak-cermatan yang telah diperbuatnnya.
  3. Rajeun = Searti dengan rajin bahagialah. Orang yang mampu memanfaatkannya durasi umurnya dengan rajin berkarya.
  4. Leukeun = tekun. Ketekuna dalam menggapai yang dicita-citakannya. Hidup adala proses, tidak ada pernah yang instan, sekali seduh bisa dimakan.
  5. Paka pradana = berani tampil "berbusana soapan, beretika/beritiket. Setinggi apapun kualitas jati diri seseorang, tetapi bila tidak berani tampil mengekpresikan jatidirinya, maka hanya tinggal angan-angan saja
  6. Morogol-rogol = besemangat, beretos kerja. Semanagt hidup untuk berkarya dengan kualitas unggul, akan menjadi dorongan adrenalin ruhaniah yang mmemompa talenta positif kita untuk bisa diaktualisasikan dalam hidupnya yang nyata.
  7. Purusa ningsa = berjiwa pahlawan, jujur, berani. Kreasi dan inovasi, pembaharuann yang kualitannya prima hanya terlahir dari manusia-manusia yang berjiwa pahlawan.
  8. Widagda = bijaksana, rasio dan rasa seimbang.
  9. Gapitan = berani berkorban untuk keyakinan dirinya. Tidak ada keberhsilan tanpa perjuangan; tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan, ridak ada pengorbanan tanpa keyakinan. Keyakina itu adalahsatu-satunya cara untuk mencapai visi hidup seseorang.
  10. Karawelaya = dermawan. Hidup adalah kebersamaan dengan orang lain Kesalehan social sangat diperlukan. Urang Sunda bilang "someah hade ka semah, tapi ulah rek balangah. Rejeki pabagi-bagi, kabungah silih agehan.
  11. Cangcingan = (cingceung, tangginas), terampil, cekatan. Kesempatan itu adalah mementum yang silih berganti, tetapi sulit dapat diprediksi kapan terulang kembali. Maka hanya orang yang tangginas/cekatan saja yang akan mampu memanfaatkan momentum keberhasilan itu.
  12. Langsitan = (rapekan), segala bisa, pro aktif. Manusia-manusaia yang serba bisa dan pro aktif yang paling berkesempatan untuk meraih kesuksesan.
Disamping peanda diatas, didalam SSKK pun disebut pula secara tegas bahwa ada 4 karakter yang tidak boleh dipunyai seorang pemimpin. Yang ingin mempunyai kharisma.
  1. OPAT PAHARAMAN
Opat paharaman (empat hal yang diharamkan) sifat yang tidak boleh dimiliki seorang pemimpin.
  1. Babarian = mudah tersinggung. Orang yang mudah tersinggung akan hilang kesempatannnya untuk meraih keberhasilan. Orang lain akan merasa terganggu untuk menjalin pertemanan dengan orang yang mudah tersinggung. Cara berfikirnya sangat sempit, arogan, cepat marah dan selalu ingin menang sendiri. Babarian pun bisa diartiakan mudah terprovokasi, mudah dipengaruhi orang lain.
  2. Pundungan = mudah merajuk. Orang yang mudah merajuk akan kehilangan kesempatan dalam segala hal. Tidak bisa bekerjasama, mudah puas diri.
  3. Humandeur = berkeluh kesah. Orang berperangai seperti ini akan kehilangan etos kerja. Tidak disenangi orang dan tidak bisa bekerja sama. Orang yang biasa berkeluh kesah seibarat yang tengah menghinotis dirinya menjadi makhluk lemah lunglai, kehilangan jati dirinya.
  4. Kukulutus = menggerutu. Orang penggerutu menandakan karakter rendah. Selalu berfikir negatif. Sering mengkambing hitamkan orang lain. Tidak bertanggungjawab. Rasakesetiakawananny tipis. Kadang-kadang jadi penghianat. Disebut juga sebagai orang yang munafik. Pribahasa Sunda menyatakan orang seperti itu sebagai "Bengeut nyanghareup ati mungkir" (munafik).

  5. CATUR BUTA
Dalam SSKK, ditulis watak manusia yang merusak didunia disebut CATUR BUTA, ialah 4 watak manusia yang berkarakter raksasa perusak kehidupan, yaitu :
  1. BURANGKAK
    Disebut sebagai makhluk MAHA GILA. Artinya sangat mengerikan, yaitu kelakuan manusia yang ketus, tidak mau menyapa orang lain lebih dulu, tidak ramah, bicara marah-marah, membentak, berbicara membelalakkan mata, nada suara menghina, berkelakuan kasar, berhati panas, tidak tahu tata krama dan sering melanggar aturan. Merasa derajatnya lebih tinggi dari orang lain. Orang seoerti itu tak ubahnya deperti raksasa, durgi, durga, buta kala,. Hanya pantas berdiam ditempat yang kotor dan menjijikan.
  2. MARIRIS
    Disebut sebagai orang yang lebih menjijikan dari bangkai binatang yang membusuk, yaitu manusia yang suka mengambil hak orang lain, korup, mencuri, merampok, mengecoh, merampas, menipu, berdusta, panjang tangan dengan bermacam cara, memetik tanpa meminta.
  3. MARENDE
    Disebut juga sebagai RAKSASA BERMUKA API. Artinya pada awalnya rakyat menduga bahwa orang tersebut berwatak dungin menyejukan, mampu membawa masyarakat hidup damai dan tentram. Tetapi setelah menjadi pemimpin ternyata malah berhawa panas menimbulkan bencana dimasyarakat. Manusia "marende" adalah manusia yang urang Sunda bilang " mawa sangar ka nagara" ialah orang yang hanya menimbulkan kekacauan, tawuran, mengadu domba, permusuhan , pertumpahan darah, menjadi pembawa bencana dalam kehidupan.
  4. WIRANG
    Disebut juga sebagai BINATANG YANG MENAKUTKAN, yaitu orang yang tidak mau jujur, tidak mau benar, tidak mau mengakui kesalahan dirinya, tidak mau layak seperti manusia yang berakhlak baik, tidak mau berterus terang, tidak mau berusaha untuk memperbaiki dirinnya, selalu menyalahkan orang lain. Berwatak tercela seperti suka mengancam, membunuh, merusak, ketagihan, tidak mau kapok. Watak manusia WIRANG bersifat seperti hewan, buaya, ular besar, harimau, badak, dan binatang yang menakutkan lainnya.

    DAFTAR PUSTAKA
    Suryalaga, Hidayat (2009), Kasundaan "Rawayan Jati" , Bandung : Yaysan Nur Hidayah

You Might Also Like

0 komentar